Selasa, 08 Juni 2010

Hubungan ilmu budaya dasar dalam kesusastraan


Ilmu Budaya Dasar dinamakan Basic Humanities, berasal dari bahasa Inggris The Humanities. Berasal dari bahasa latin Humanus, berarti manusiawi, berbudaya dan halus. The Humanities berkaitan dengan masalah nilai yaitu nilai sebagai Homo Humanus. Secara umum The Humanities mencakup filsafat, teologi, seni dan cabang-cabangnya termasuk sastra, sejarah, cerita rakyat, dan lain-lain, Oleh sebab itu The Humanities menjadi ilmu-ilmu kemanusiaan, dan sebagian menterjemahkan sebagai pengetahuan buadaya. Seni merupakan sastra yang berperan penting dalam The Humanities, karena seni adalah ekspresi nilai-nilai kemanusian dibandingkan cabang The humanities lain, yaitu ilmu bahasa karena bersifat normatif. Seni bersifat tidak normatif, lebih fleksibel. Sastra juga mempunyai peran penting karena menggunakan bahasa. Karena bahasa merupakan kebutuhan pokok untuk setiap manusia untuk dapat berkomunikasi dengan manusia lainnya. Sastra dapat didukung oleh cerita. Karena dengan ceriuta orang akan lebih tertarik. Dengan cerita dapat mengungkapkan gagasan yang tidak normatif. Dengan tidak menggunakan cerita juga dapat menjadi menarik akan tetapi sulit bagi penciptanya untuk mengemukakan gagasan, misalnya dalam musik. Ilmu Budaya Dasar adalah salah satu mata kuliah yang diberikan dalam satu semester sebagai bagian dari MKDU. Ilmu Budaya Dasar bukan hanya diberikan untuk dalam ahli satu bidang tentang budaya saja, namun Ilmu Budaya Dasar adalah untuk mengembangkan kepribadian masing-masing orang untuk memperluas wawasan pemikiran dan kritikal terhadap nilai budaya.


Prosa banyak padanannya, misalnya disebut narrative fiction, prose fiction atau fiction saja. Istilah ini diterjemahkan sebagai cerita rekaan, didefinisikan sebagai bentuk cerita atau prosa kisahan yang mempunyai pemeran, lakuan, peristiwa,dan alur yang dihasilkan oleh daya khayal atau imajinasi. Biasanya dipakai untuk roman, novel atau cerita pendek.


Prosa fiksi secara langsung atau tidak langsung membawakan pesan, moral atau cerita. Nilai-nilai yang diperoleh pembaca lewat sastra antara lain:


1. Prosa fiksi memberikan kesenangan
Keistimewaan kesenangan yang diperoleh dalam membaca fiksi adalah pembaca mendapatkan pengalaman sebagaimana pengalaman yang dialaminya sendiri. Pembaca juga dapat mengenal tokoh-tokoh aneh dan daerah yang belum pernah dikunjungi


2. Prosa fiksi memberikan informasi
Dapat memberikan informasi yang tidak ada di ensiklopedia. Didalam novel kita dapat mempelajari sejarah atau laporan jurnalistik.


3. Prosa fiksi memberikan infomasi kultural

Dapat menstimuli imaginasi, misalnya novel Siti Nurbaya, dan lain-lain.


4. Prosa memberikan keseimbangan wawasan

Dapat menilai kehidupan berdasarkan pengalaman.


Berkenaan dengan moral karya sastra dibagi dua :


Karya sastra yang menyuarakan aspirasi jamannya dam Karya sastra yang menyuarakan gejolak jamannya. Karya sastra yang menyuarakan gejolak jamannya, biasanya tidak mengajak pembaca untuk melakukan sesuatu tetapi untuk merenung karya sastra yang menyuarakan aspirasi jamannya, mengajak pembaca untuk mengikuti kehendak jamannya.


Pengajaran puisi tidak diarahkan pada tradisi pendidikan dan pengajaran sastra dan apresiasi murni. Puisi dipakai sebagai media dan sebagai sumber belajar sesuai dengan tema Ilmu Budaya Dasar.

Puisi termasuk seni sastra dan sastra bagian dari kesenian dan kesenian cabang dari kebudayaan. Kepuitisan, keartistikan atau keestetikaan bahwa puisi disebabkan oleh kreativitas penyair dalam membangun puisinya menggunakan :

1. Figura bahasa, Misalnya gaya personafikasi, metafora, alegori, dan lain-lain.

2. Kata-kata ambiguitas, kata yang bermakna ganda.

3. Kata-kata berjiwa, kata-kata yang diberi suasana.

4. Kata-kata konotatif, kata-kata yang diberi tambahan nilai rasa dan asonasi.

5. Pengulangan, untuk mengintensifikasikan hal-hal yang dilukiskan.


Alasan mendasari penyajian puisi pada perkuliahan Ilmu Budaya Dasar adalah :

a. Hubungan puisi dengan pengalaman hidup manusia.

b. Puisi dan keinsyafan atau kesadaran individual.

c. Puisi dan keinsyafan atau kesadaran sosial.


Secara imaginatif puisi dapat menafsirkan situasi dasar manusia sosial berupa :

-penderitaaan atas ketidakadilan

-perjuangan untuk kekuasaan

-konflik dengan sesamanya

-pemberontakan terhadap hukum Tuhan.


Puisi memiliki nilai etika, estetika, dan kemanusiaan. Salah satu nilai kemanusiaannya adalah cinta kasih.
MANUSIA DAN CINTA KASIH

CINTA adalah rasa sangat suka atau rasa sayang, ataupun rasa sangat kasih atau sangat tertarik hatinya. Sedangkan kata KASIH, artinya perasaan sayang atau cinta atau menaruh belas kasihan. Dengan demikian, arti cinta da kasih itu hamper sama sehingga kata kasih dapat dikatakan lebih memperkuat rasa cinta. Oleh karena itu, cinta kasih dapat dartikan sebagai perasaan suka atau sayang kepada seseorang yang disertai dengan menaruh belas kasihan.

Walaupun cinta dan kasih mengandung arti yang hampir sama, antara keduanya terdapat perbedaan, yaitu cinta lebih mengandung pengertian tentang rasa yang mendalam, sedangkan kasih merupakan pengungkapan untuk mengeluarkan rasa, mengarah kepada orang atau dicintai. Dengan kata lain, bersumber dari cinta yang mendalam itulah kasih dapat diwujudkan secara nyata. Apabila akan dihubungkan dengan kata sayang, kata ini mengandung pengertian lebih nyata lagi dalam mewujudkan cinta seseorang.

Seperti mahluk hidup lainnya, manusia juga mengalami perkembangan. Dalam hal ini, perkembangan manusia terdiri atas tiga fase, yaitu anak – anak, dewasa, dan tua. Dalam tiap fase, cinta kasih berkembang dalam proses yang berbeda – beda.

Pada fase anak – anak, mereka itu terutama baru dapat menerima cinta kasih dari saudara – saudaranya dan cinta kasih yang lebih diperoleh dari orang tuanya. Pada fase remaja, cinta kasih mulai di tanamkan dalam dirinya sehingga dalam fase ini merupakan masa pembentukan pribadi untuk menanamkan cinta kasih. Setelah menginjak masa tua, mereka lebih banyak memberikan cinta kasih kepada anak – anaknya.

Namun, soal pemberian cinta kasih yang sempurna bukanlah yang hanya dating dari satu arah, misalnya dari orang tua saja, tetapi juga sebaliknya, dari anak ke orang tuanya (to give and to take). Jadi, cinta kasih baru terasa apabila ada dua pihak yang sama – sama saling menerima sekaligus juga saling memberi.


Agar dapat memahami cinta kasih secara mendalam, berikut ini akan diuraikan tentang cinta yang dalam kehidupan sehari-hari selalu menjadi masalah yang hangat untuk diperbincangkan. Dalam membina gerakan cinta, yang pertama-tama perlu cepat disadari adalah bahwa yang disebut cinta sama sekali bukan nafsu. Pernyataan tersebut sangat penting khususnya bagi remaja yang tingkat nafsu seksualnya sedang bergejolak, biasanya akan sulit membedakan antara cinta dan nafsu karena kedua hal itu memang sangat berdekatan. Sulit dihindari bahwa atas dasar cinta murni yang dirasakan seseorang terhadap orang lain yang berlawanan jenisnya, akhirnya bermuara dalam perkawinan yang mau tidak mau cinta membawanya pada hubungan seksual. Oleh karena itu, sulit diterima bahwa seseorang menyatakan cinta sejati. Perbedaan cinta dengan nafsu, antara lain pertama, cinta bersifat manusiawi, pada manusialah cinta sesungguhnya dapat timbul dan berkembang, sedangkan pada binatang terbatas pada nalurinya untuk melindungi. Kedua, cinta bersifat rokhaniah, sedangkan nafsu sifatnya jasmaniah. Luapan cinta seseorang memberikan semangat dalam hidupnya dan bagi yang menerimanya dirasakan sebagai kebahagiaan. Sedangkan nafsu yang jasmaniah cenderung untuk memuaskan dorongan seks, setelah terpenuhi untuk beberapa lama yang bersangkutan merasa puas, sampai dating dorongan nafsu berikutnya. Ketiga, cinta menujukkan perilaku memberi, sedangkan nafsu cenderung menuntut. Pemberian cinta dilakukan secara halus karena rikhaniah sifatnya, sedangkan dorongan nafsu mudah dilakukan sebagai paksaan yang dalam praktiknya yang berupa pemerkosaan.

Pengertian tentang cinta dikemukakan juga oleh Dr. Sarlito W. Sarwono dalam majalah Sarinah dengan artikel yang berjudul Segitiga Cinta. Bukan Cinta Segitiga. Dikatannya bahwa cinta ideal memiliki tiga unsure, yaitu keterikatan, keintiman, dan kemesraan. Yang dimaksud dengan keterikatan adalah adanya perasaan untuk hanya bersama dia, segala prioritas untuk dia, tidak mau pergi dengan orang lain kecuali dengan dia. Kalau janji dengan dia harus ditepati, atau ada uang sedikit beli oleh-oleh hanya untuk dia. Keintiman, yaitu adanya kebiasaan-kebiasaan dan tingkah laku yang menunjukan bahwa antara Anda dan dia sudah tidak ada jarak lagi sehingga panggilan-panggilan Bapak, Ibu, Saudara digantikan dengan sekedar memanggil nama atau sebutan, seperti sayang.

Selanjutnya, Dr. Sarlito W. Sarwono juga mengemukakan bahwa tidak semua unsur cinta itu sama kuat. Kadang-kadang, ada yang keterkaitannya sangat kuat, tapi keintiman atau kemesraannya kurang. Cinta seperti itu mengandung kesetiaan yang amat kuat dan kecemburuannya besar, serta drasakan oleh pasangannya dingin atau hambar karena tidak ada kehangatan yang ditimbulkan dari kemesraan atau keintiman. Cinta sahabat karib atau saudara sekandung merupakan contoh dari cinta di atas. Cinta seperti ini penuh keakraban, tetapi di dalamnya tidak ada gejolak-gejolak mesra karena orang-orang yang bersangkutan masih setia pada hal-hal lain dari pada partnernya.ada juga cinta yang diwarnai dengan kemesraan yang sangat menggejolak, tetapi unsur keintiman dan keterikatannya kurang. Cinta yang seperti itu dinamakan cinta yang pincang.

Lebih berat lagi apabila salah satu unsur cinta itu tidak ada sehingga tidak berbentuk segitiga. Cinta yang demikian tidak sempurna dan dapat disebut bukan cinta. Besar-kecilnya cinta bergantung kepada mereka yang saling mencintai, ada yang memiliki cinta besar, ada yang memiliki cinta sedang, dan ada yang memiliki cinta kecil. Cinta besar dimiliki orang dewasa terutama yang sudah menikah sehingga segitiga cinta ini dapat mencapai bentuk yang paling besar. Sedangkan untuk remaja, pada mulanya ukuran cintanya degambarkan dengan segitida kecil, apabila cinta remaja ini terus dikembangkan atau dipupuk, akhirnya akan mencapai ukuran sedang.

Setelah diberikan uraian tentang cinta sejati yang dikemukakan oleh tiga ahli tersebut, berikut ini akan dijelaskan masalah kasih.telah dikemukakan bahwa kasih adalah perasaan sayang atau cinta kepada atau menaruh belas kasihan. Kasih dapat ditunjukan kepada diri sendiri dalam arti memikirkan kebutuhan diri sendiri, asalkan sekedarnya saja, tidak berlebihan. Kasih juga ditunjukan kepada orang lain, khususnya bagi mereka yang masih memiliki hubungan kekeluargaan atau hubungan darah. Dalam agama apapun orang dianjurkan untuk menuruh kasih kepada sesama manusia tanpa membedakan asalnya, tinggi rendahnya, ataupun agamanya selain ditujukan kepada sesama, kasih juga ditunjukan kepada Tuhan. Kasih yang ditujukan kepada Tuhan akan menimbulkan pemujaan.

2. KASIH SAYANG

Pengertian kasih telah dikemukakan di atas. Sedangkan sayang dapat dikaitkan juga dengan kasih kerena dalam sayang diwujudkan secara lebih nyata rasa cinta seseorang. Sayang menurut kamus besar Bahasa Indonesia diartikan kasihan. Oleh karena itu, kasih sayang diartikan sebagai cinta, kasih, atau amat suka. Dengan demikian, maka sayang memperkuat rasa kasih seseorang yang diwujudkan dalam tindakan yang nyata, dan semuannya bersumber rasa cinta.

Menurut Erich Fromm (1983 : 54) dalam bukunya Seni Mencinta yang disebut cinta adalah sikap, suatu orientasi watak yang menentukan hubungan pribadi dengan dunia keseluruhan, bukan menuju satu “objek” cinta. Selanjutnya, ia mengemukakan juga tentang adanya cinta persaudaraan, cinta keibuan, cinta erotis, cinta diri sendiri, dan cinta terhadap Allah. Bersumber dari cinta-cinta tersebut, seperti yang dikemukakan berikut ini, manusia memberikan kasih sayangnya kepada yang lain, terutama kepada sesama manusia dalam mewujudkan hubungan pribadinya.

a. Cinta Persaudaraan

Cinta persaudaraan diwujudkan manusia dalam tingkah atau perbuatannya. Cinta persaudaraan tidak mengenal adanya batas-batas manusia yang berdasarkan suku-bangsa, bangsa, ataupun agama. Dalam cinta ini manusia semua sama, yaitu sebagai mahluk ciptaan Allah. Atas dasar cinta yang demikian, seseorang tidak mempunyai rasa pamrih untuk berbuat baik kepada sesamanya.

b. Cinta Keibuan

Kasih sayang yang bersumber pada cinta keibuan, yang paling asli adalah yang terdapat dalam diri seseorang ibu terhadap anaknya sendiri. Seorang ibu yang memperoleh benih anak dari suaminya yang tercinta akan memelihara anaknya secara berhati-hati dan penuh kasih sayang demi keselamatan turunannya. Setelah anak lahir melalui penderitaan ibu yang sangat hebat, dirawat dan d asuh lah sang mutiara hatinya itu dengan penuh kasih sayang.

Seolah-seolah, bagi seorang ibu tidak ada harta yang lebih berharga daripada bayinya yang selalu ditimang-timang dengan penuh kasih sayang. Selain ibu, guru taman kanak-kanank atau perawat di rumah sakit juga merupakan orang-orang yang menggantikan fungsi seorang ibu, mereka mengajar anak-anak atau memelihara orang yang sakit dengan penuh kasih sayang. Sebagian besar memang mereka adalah wanita yang memiliki naluri alami seperti halnya seorang ibu. Selain wanita ada juga pria yang memiliki naluri rasa kasih sayang seperti kaum wanita.

c. Cinta Erotis

Kasih sayang yang bersumber dari cinta erotis (sifat membiharikan), merupakan suatu yang sifatnya eksklusif sehingga sering memperdayakan cinta yang sebenarnya. Hal ini disebabkan antara cinta dan nafsu letaknya tidak berbeda jauh. padahal kedua hal itu sangat bertolak belakang sifatnya. Kasih sayang dalam cinta erotis merupakan kontak seksual yang asli dan ideal adalah yang bersumber pada cinta. Oleh karena itu, dalam kehidupan berumah tangga yang telah diikat oleh tali perkawinan apabila seorang suami tidak mampu menafkahkan istrinya secara rohaniah, dalam dirinya akan timbul beban mental. ia akan merasa berdosa atas kekurangannya, begitu juga sebaliknya, berdosalah seorang istri, apabila tidak mau melayani kehendak seksual suaminya.